Kamis, 10 Desember 2015

PEMANTAUAN DEPOT AIR MINUM

 Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia
Definisi lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sementara beberapa definisi lainnya menitik beratkan pada pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya dan pengendalian lingkungan

Persyaratan Kelompok Utama Hygiene Sanitasi Depot Air Minum

1)   Kualitas Air Minum:
Memenuhi syarat air minum : Fisik, bakteriologis, dan kimia sesuai peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku, dibuktikan dengan hasil pemeriksaan dari laboratorium.
2)   Kualitas Air Pencuci:
Memenuhi syarat air minum: Fisik, bakteriologis, dan kimia sesuai  peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku , dibuktikan dengan hasil pemeriksaan dari laboratorium.
3)   Kualitas Air baku:
Memenuhi syarat air bersih: Fisik, bakteriologis, dan kimia sesuai  peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku , dibuktikan dengan hasil pemeriksaan dari laboratorium
4)   Kualitas Air tandon:
Memenuhi syarat air bersih: Fisik, bakteriologis, dan kimia sesuai  peraturan Menteri Kesehatan yang berlaku , dibuktikan dengan hasil pemeriksaan dari laboratorium
5)   Kebesihan Botol/gallon:  Bersih, tidak ada kotoran.
6)   Kebersihan kran pencuci:  Bersih, tidak ada kotoran
7)   Kebersihan kran pengisian:  Bersih, tidak ada kotoran
8)   Strerilisasi leher botol/gallon:  Tersedia tissue sterilisasi
9)   Hygiene dan Kesehatan karyawan:
  •   Meliputi  : badan, pakaian dan tangan.
  •   Operator / Penjaga Depot Air minum memiliki surat keterangan sehat dari dokter (periksa berkala 2x /tahun)
  •   Operarot / Penjaga Depot Air Minum bebas luka bisul, penyakit kulit dan luka lainnya.

Dasar Hukum Tentang Hygiene Sanitasi Depot Air Minum

  • Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
  • Permenkes RI Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum
  • Permenkes RI Nomor 736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum
  • Peraturan Walikota Yk Nomor 64 tahun 2010 tentang Hygiene Sanitasi Pengelolaan Pangan
  • Sesuai Permenkes RINo.736/MENKES/PER/VI/2010, tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum Untuk mencapai kualitas air minum sesuai persyaratan yang ditetapkan harus dilakukan pengawasan eksternal dan pengawasan internal. 
Berdasarkan ketentuan diatas Puskesmas Motolohu melaksanakan pemantauan terhadap beberapa depot Air Minum yang beroperasi di Wilayah Kecamatan Randangan. Hal ini dilakukan secara berkala mengingat  pengguna Air Minum dari depot berkisar 56% dari penduduk yag ada diwilayah ini.


Dari hasil pemantauan ditemukan beberapa Depot belum ada pemeriksaan Uji Klinis Laboratorium, namun sudah mulai beroperasi dan memiliki pelanggan. Walau demikian sampai hari ini belum ada keluhan dari masyarakat tentang air minum yang dikonsumsinya. (created by. Una)

Kamis, 19 Februari 2015

REKREASI BERSAMA KEPALA PUSKESMAS BARU, KTU BARU DAN STAF PUSKESMAS MOTOLOHU


Rekreasi dalam bahasa Arab disebut (siyahah)  yaitu bepergian ke suatu tempat untuk suatu tujuan, bukan untuk berpindah tempat dan bukan untuk melakukan suatu pekerjaan. Rekreasi dengan tujuan bersantai, bersenang­-senang, menikmati indahnya alam, mengetahui tempat-tempat bersejarah dan lain sebagainya adalah dibolehkan asal tidak terdapat kemungkaran(Qs. Muhammad : 10, al-Ankabut  :20, al-Mulk :15, dan an-Nur :122) 

Rekreasi Keluarga Besar Puskesmas Motolohu di Water Park Bolihutuo Kabupaten Boalemo

         Sebenarnya masa liburan merupakan nikmat waktu luang. Setiap muslim harus menyadari hal ini, sehingga waktu liburan harus digunakan sebaik mungkin. Rasulullah saw telah memperingatkan, betapa banyak manusia yang terlalaikan dari nikmat waktu luang ini, dan hanya menuai kerugian belaka. Beliau bersabda,: “Ada dua nikmat yang kebanyakan orang tertipu darinya: kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari).
        Oleh karena itu setiap muslim sebaiknya memanfaatkan waktu liburan dengan  hal-hal yang bisa membawa manfaat, berkah dan bisa memberikan maslahah di dunia dan di akhirat. Rasulullah saw sendiri sebenarnya telah mencontohkan bagaimana sebaiknya umat muslim melakukan libur untuk menyegarkan tubuh dan pikiran, Liburan rutin yang dianjurkan adalah yang menyejukkan dan menguatkan jiwa. 


selfie lagi kitee with kru keperawatan


selfie lagi kitee......


selfiee trus ,,,,,,,,


with KTU baru ibu Yayun Gunibala, Amd Keb,, wisata di Water Park Bolihuto
 
      Nah jika esensi tujuan akhir dari rekreasi, tamasya dan berlibur adalah mendapat dan mengembalikan kebahagiaan, maka persoalannya bukan lagi suasana, keadaan dan tempat berlibur itu, bukan lagi kemana dan dimana berliburnya, melainkan bersama siapa kita saat itu. Anda berada di gubuk reot di tengah hutan tetapi bersama orang yang anda cintai, maka akan terasa sorga. Jadi kebahagiaan anda sejatinya tidak ditentukan oleh suasana dan tempat, melainkan ditentukan oleh siapa yang bersama anda. Itulah sebabnya Rabiah al-Adawiyah berucap, saya tidak peduli apakah saya di sorga atau di neraka, yang penting cinta Allah selalu bersama dan menyertai saya # (Husna Djaina, SST; 2015)

Selasa, 17 Februari 2015

PENYEBAB ANAK STUNTING

Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidaklangsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. 
 
Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu Hamil Kek Di Desa Siduwonge
 
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted
         
                  PENCEGAHAN
 
           Stunting atau tubuh pendek dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain:
-          Pemberian ASI secara baik dan tepat disertai dengan pengawasan berat badan secara teratur dan terus menerus
-          Menghindari pemberian makanan buatan kepada anak untuk mengganti ASI sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI, terutama pada usia dibawah empat bulan
-          Meningkatkan pendapatan keluarga yang dapat dilakukan dengan upaya mengikutsertakan para anggota keluarga yang sudah cukup umur untuk bekerja dengan diimbangi dengan penggunaan uang yang terarah dan efisien. Cara lain yang dapat ditempuh ialah pemberdayaan melalui peningkatan keterampilan dan kewirausahaan
-          Meningkatkan intensitas komunikasi informasi edukasi (KIE) kepada masyarakaat, terutama para ibu mengenai pentingnya konsumsi zat besi yang diatur sesuai kebutuhan. Hal ini dapat dikoordinasikan dengan kegiatan posyandu.
 
Kegiatan Kelas Ibu Hamil di Desa Motolohu merupakan upaya pencegahan STunting pada anak 



 
 
PENANGGULANGAN
 
Periode yang paling kritis dalam penanggulangan stunting dimulai sejak janin dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun yang disebut dengan periode emas (seribu hari pertama kehidupan). Oleh karena itu perbaikan gizi diprioritaskan pada usia seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari selama kehamilannya dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya.
Secara langsung masalah gizi disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan masalah  kesehatan. Selain itu asupan gizi dan masalah kesehatan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Adapun pengaruh tidak langsung adalah ketersediaan makanan, pola asuh dan ketersediaan air minum (bersih), sanitasi dan pelayanan kesehatan. Seluruh faktor penyebab ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah yaitu kelembagaan, politik dan ideologi, kebijakan ekonomi, dan sumberdaya, lingkungan, teknologi, serta kependudukan.
Berdasarkan faktor penyebab masalah gizi tersebut, maka perbaikan gizi dilakukan dengan dua pendekatan yaitu secara langsung (kegiatan spesifik) dan secara tidak langsung (kegiatan sensitif). Kegiatan spesifik umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan seperti PMT ibu hamil KEK, pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan kehamilan, imunisasi TT, pemberian vitamin A pada ibu nifas. Untuk bayi dan balita dimulai dengan inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif, pemberian vitamin A, pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar, pemberian MP-ASI. Sedangkan kegiatan yang sensitif melibatkan sektor terkait seperti penanggulangan kemiskinan, penyediaan pangan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan infrastruktur (perbaikan jalan, pasar), dll
Kegiatan perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Multicentre Growth Reference Study (MGRS) Tahun 2005 yang kemudian menjadi dasar standar pertumbuhan internasional, pertumbuhan anak sangat ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi, riwayat kesehatan, pemberian ASI dan MP-ASI. Untuk mencapai pertumbuhan optimal maka seorang anak perlu mendapat asupan gizi yang baik dan diikuti oleh dukungan kesehatan lingkungan. (Husna. N. Djaina, SST;2015)
 
 

Sabtu, 14 Februari 2015

PENTINGNYA DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

Perkembangan pada anak usia dini mencakup perkembangan fisik dan motorik, lognitif, sosial emosional dan bahasa. Masa ini menurut Ebbeck (1998) merupakan masa pertumbuhan yang paling hebat dan sekaligus paling sibuk. Pada masa ini anak sudah memiliki ketrampilan dan kemampuan walupun belum sempurna. Usia anak pada masa ini merupakan fase foundamental yang akan menentukan kehidupannya dimasa datang. Untuk itu, kita harus memahami perkembangan anak usia  dini khususnya perkembangan fisik dan motorik.
            Ketika anak mencapai tahapan usia TK ( 3-6 tahun), terdapat ciri yang sangat berbeda dengan usia bayi.. perbedaanya terletak pada penampilan, proporsi tubuh, berat dan panjang badan serta ketrampilan yang dimiliki. Kalau kita perhatikan, pada anak usia TK telah tampak otot-otot tubuh yang berkembang sehingga memungkinkan mereka melakukan berbagai jenis ketrampilan. Dengan bertambahnya usia perbandingan antara bagian tubuh berubah. Selain itu, letak gravitasi maikn berada bagian bawah tubuh sehingga keseimbangan ada pada tungkai  bagian bawah.

Gambar. 1. Deteksi tumbuh kembang di Paud Generasi Bangsa Desa Ayula
  Karena gerakan anak usia TK lebih terkendali dan terorganisasi dengan pola-pola seperti menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat terjungkai dengan santai serta mampu melangkah dengan menggerakkan tungkai dan kaki. Pola-pola tersebut memungkinkan anak untuk memberikan respon dalam berbagai situasi yang mereka hadapi. Pada masa ini ketrampilan motorik kasar dan halus sangat pesat perkembangannya. Karena pada umumnya anak usia TK sangat aktif. Mereka memiliki penguasaan terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri. Karena otot-otot besar lebih berkembang dari pada kontrol terhadap tangan dan kaki, sehingga mereka belum bisa melakukan kegiatan yang rumit. Karena masa kecil sering disebut sebagai saat ideal untuk mempelajari ketrampilan motorik dengan alasan :
1.       tubuh anak lebih lentur ketimbang tubuh orang dewasa sehingga anak lebih mudah menguasai ketrampilan motorik.
2.       Anak belum banyak memiliki keterampilan yang akan berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajarinya, sehingga anak akan mempelajari keterampilan baru dengan lebih mudah.
3.       Secara keseluruhan anak lebih berani mencoba pada saat kecil ketimbang setelah besar. Oleh karena itu mereka berani mencoba sesuatu yang baru, sehingga menimbulkan motivasi yang diperlukan untuk belajar.
4.       Anak –anak menyukai pengulangan, sehingga mereka bersedia mengulangi tindakan hingga otot terlatih untuk melakukannya secara efektif.
5.       Anak memiliki waktu yang lebih banyak untuk mempelajari keterampilan motorik.
 

 
 
Hal-Hal yang memperlambat perkembangan Motorik Anak Usia Dini
Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan serebral palsi dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik. Penyakit neuromuscular sepeti muscular distrofi memperlihatkan keterlambatan dalam kemampuan berjalan. Namun, tidak selamanya gangguan perkembangan motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan dalam perkembangan motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan untuk belajar seperti sering digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan dalam mencapai kemampuan motorik. Berikut beberapa gangguan perkembangan motorik yang nampak pada anak usia dini:
  • Berat badan yang tidak normal dalam perkembangan koordinasi motorik, yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, gangguan neurologisyang didapat maupun konginental (Development Coordination Disorder).
  •        Gangguan ini bisa bersamaan dengan kesulitan bicara
  •        Saat bayi anak tidak bisa merangkak, kalau merangkak seperti merayap
  •        Bila duduk posisi kaki seperti huruf “ w”
  •        Anak tampak aneh dalam berjalan, sering jatuh, tersandung dan menabrak
  •        Lambat belajar berlari, melompat dan naik turun tangga
  •        Kesulitan mengikat sepatu
  •        Kesulitan memasang dan melepaskan kancing, melempar dan menangkap bola
  •        Anak tampak lamban dalam gerak halus & kasar
  •        Benda yang dipegang sering jatuh
  •        Tidak pandai menggambar, tulisannya sangat jelek
  •        Sulit mengerjakan permainan jigsaw, menggunakan permainan yang konstruksional
  •        Sering disebut juga : the clumsy child syndrome
  •        Sering dijumpai kesulitan bersekolah,
  •        Pada beberapa kasus bersamaan dengan gangguan perkembangan emosional dan perilaku.
  •       Pada beberapa kasus , dijumpai adanya riwayat komplikasi perinatal misalnya berat badan lahir rendah.
Deteksi Dini Tumbuh Kembang di TK Seroja Desa Huyula

               Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar semua aspek tersebut berkembang secara seimbang. (Husna Djaina, SST ;2015)

Kamis, 12 Februari 2015

BULAN VITAMIN A GRATIS,, AYO KEPOSYANDU

CARA PEMBERIAN KAPSUL VITAMIN A

 a. Dosis kapsul vitamin Auntuk bayi dan anak
Satu kapsul vitamin A biru dengan dosis 100.000 UI diberikan kepada selluru bayi berusia 6-11 bulan, kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 UI untuk seluru balita usia 12-59 bulan , dan anak usia 5-12 tahun . Kapsul vitamin A dosis tinggi amana diberikan dengan jarak minimal satu bulan . walaupun demikian, bila ternyata anak mengkonsumsi kapsul vitamin A dengan selang waktu kurang waktu satu bulan, segera laporkan pada petugas kesehatan .

b. Dosis kapsul vitamin A untuk ibu nifas
 Ibu dalam nifas perlu mendapatkan dua kapsul vitamin A berwarna merah dengan dosis 200.000 UI. Pemberian kapsul pertama diberikan segerah setelah melahirkan, dan kapsul kedua dengan selang waktu minimal 24 jam, tidak lebih dari 6 minggu setelah melahirkan.

 13289662461579742095


 JENIS KAPSUL VITAMIN A

 a. Kapsul vitamin A biru dengan dosis 100.000 UI.
 (30.000 ug retinol) hanya diberikan untuk bayi usia 6-11 bulan. Dengan kebutuhan 400 ug perhari maka setiap pemberin akan memenuhi 2-3 bulan kedepan.
 b. Kapsul vitamin A merah dosis 200.000 UI
 (60.000 ug rtinol) hanya diberikan anak balita dan ibu nifas. Kebutuhan vitamin A yang banyak (kelebihan) ini dapat disimpan dihati. Dengan kebutuhan 500 ug perhari maka setiap pemberian akan memenuhi kebutuhan vitamin A 5-6 bulan kedepan.



                                         


Lalu apa saja manfaat vitamin A?

Vitamin A, selain untuk membantu integritas retina mata, kelelahan mata dan mengobati rabun senja, juga berguna untuk kesehatan kulit mengatasi kulit kasar dan bersisik, mengobati jerawat mengatasi rambut kering dan ketombe, membuat rambut bercahaya, mengatasi kuku rapuh dan mudah patah.
Vitamin A juga  juga mempercepat proses penyembuhan luka.
Berperan sebagai antioksidan yang membantu merangsang dan memperkuat daya tahan tubuh dalam meningkatkan aktivitas sel pembunuh kuman (natural killer cell), memproduksi sel darah limfosit, dan antibodi. Vitamin A juga efektif dalam memperkuat kekebalan seluler dalam menghancurkan sel kanker.

Vitamin A bisa meningkatkan kesehatan reproduksi,  berpengaruh pada pembentukan sperma, sel telur dan placenta. Ikut berperan dalam aktivitas hormon adrenalin, hormon thyroid, juga mempertahankan struktur dari fungsi sel-sel syaraf.
Vitamin A yang larut dalam lemak ini, meskipun mengandung banyak manfaat namun tetap harus diperhatikan, jangan dikonsumsi secara berlebihan. Karena jika dikonsumsi berlebih maka akan menimbulkan keracunan, yang ditandai dengan mual, pusing, kulit kering dan nyeri di persendian. Kelebihan vitamin A juga akan merusak fungsi hati, dan ini harus diperhatikan khususnya ibu hamil dan anak-anak.

Melihat banyaknya fungsi vitamin A maka pemerintah telah menjadikan bulan Februari dan bulan Agustus sebagai bulan untuk pemberian vitamin A gratis khususnya pada bayi dan balita yang merupakan kelompok rentan terhadap serangan penyakit dan kekurangan Vitamin A.


“SALAM PENUTUP”
 Wabillahi taufik walhidaya wasalamualaikum wr.wb

Rabu, 01 Oktober 2014

Kegiatan Puskesmas Motolohu dalam Mencegah BBLR

Prognosis bayi berat lahir rendah ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi makin (makin muda masa gestasi bayi tinggi angka kematian), afiksia/iskemia otok, sindroma gangguan pernapasan, perdarahan interaventrikuler, displasia bronkopulmonia, retrolental fibroplasias, infeksi, gangguan metabolik (asidosis hipoglikemia, hiperbilubinemia) kadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah infeksi, mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperbilirubinemia, hipoglikemia, dll) (Winkjosaatro, 2006).

Pencegahan
Menurut Manuaba (2006), dengan mengetahui berbagai faktor penyebab berat badan lahir rendah dapat dipertimbangkan langkah pencegahan dengan cara:
  1. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur.
  2. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan kehamilan dan persalinan preterm
  3. Memberi nasehat tentang :
  • Gizi saat hamil
  • Meningkatkan pengertian keluarga berencana internal
  • Memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan segera melakukan konsultasi.
  • Menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini penyakit ibu dapat diketahui dan diawasi/diobati

                                          Gambar. 1. Bermitra dengan dukun beranak dalam
                                           meningkatkan persalinan ke fasilitas kesehatan

                                     Gambar 2. Kunjungan Rumah  oleh Bidan Desa sekaligus
                                     penempelan Stiker P4K di desa Huyula

                                       Gambar 3. Memberikan PMT pada ibu hamil KEK


                                    Gambar 4. Sweping BUMIL jarang ke Posyandu sekaligus
                                   pemeriksaan HB darah dan pemberian PMT ibu Hamil KEK




Menurut Erlina (2008), pada kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Mencegah/preventif adalah langkah yang penting. Dan hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya:
  1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
  2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatanya dan janin dalam kandunganya dengan baik.
  3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinanya pada kurun waktu reproduksi sehat (20-34 tahun).
  4. Perlu dukungan sektor lain yang terikat untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

Selasa, 30 September 2014

PROFIL PUSKESMAS MOTOLOHU

PUSKESMAS MOTOLOHU


GAMBARAN UMUM

A. GEOGRAFIS, BATAS WILAYAH DAN IKLIM
Kecamatan Randangan merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato, dengan luas wilayah 17.647,87 km2, terdiri dari 13  desa,   49 dusun,  dengan jarak dari ibukota Kabupaten Pohuwato ± 32 km.
Letak geografis Puskesmas Motolohu Kecamatan Randangan Terletak pada 00º 28' 17" - 00º 35' 56" Lintang Utara dan  122º 59' 44" - 123º 05' 59" Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara                :  Kecamatan Taluditi
b. Sebelah Timur              :  Kecamatan Patilanggio
c. Sebelah Selatan             : Toluk Tomini
d. Sebelah Barat               :  Kecamatan    Wanggarasi                         
Curah hujan pada suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi dan perputaran/pertemuan arus angin. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Catatan curah hujan tahun 2010  berkisar antar 3 mm sampai 257 mm.



           
B. DEMOGRAFI
Jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah  14.698 Jiwa dan jumlah KK adalah 4118  KK, dengan jumlah masyarakat miskin      jiwa, jumlah KK miskin        jiwa. Jumlah penduduk diwilayah kerja Puskesmas  Motolohu  tahun 2014  berdasarkan data SP2TP berjumlah 14.698 jiwa, dimana penyebarannya di  13 ( Tiga belas) desa belum merata.
Ratio kepadatan penduduk diwilayah kerja Puskesmas Motolohu  menunjukkan bahwa tingkat persebaran penduduk antar kelurahan berbeda dimana tampak penduduk terkonsentrasi di Desa   Motolohu dan Desa Manunggal Karya .
Keluarga miskin diwilayah kerja Puskesmas  Motolohu  tertinggi terdapat di Desa  Motolohu  serta terendah di Desa Patuhu.

C.     EKONOMI
Ciri khas suatu Kabupaten Pohuwato adalah kondisi struktur ekonomi yang didominasi oleh sektor pertanian dan pertambakan. Untuk Kecamatan Randangan struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor pertanian  yang kemudian diikuti oleh sektor  pertambakan  serta jasa-jasa lainnya.



PEMBANGUNAN KESEHATAN
           
Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas sumber daya manusia, serta merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi dari ancaman yang merugikannya. Derajat kesehatan sangat dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu : 1). Lingkungan, 2). Perilaku, 3). Pelayanan Kesehatan, 4). Keturunan.(Hendrik L. Blum).
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, dimana melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya menyembuhkan orang sakit atau memulihkan kesehatan.
Secara makro paradigma sehat berarti pembangunan semua sektor harus memperhatikan dampaknya dibidang kesehatan, paling tidak harus memberikan kontribusi positif bagi pengembangan perilaku dan lingkungan sehat sedangkan secara mikro paradigma sehat berarti bahwa pembangunan kesehatan lebih menekankan pada upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, dan mampu mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, adil, merata serta terwujudnya derajat kesehatan yang optimal.
Pembangunan kesehatan lebih diarahkan pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta meningkatkan mutu dan kemudahan pelayanan kesehatan yang semakin terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat serta membudayakan sikap hidup yang dapat menjamin hidup sehat, perbaikan gizi yang meningkatkan kemampuan fisik dan intelegensia serta produktivitas kerja yang meningkat, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan, serta sarana dan prasarana umum.
Sasaran pembangunan kesehatan adalah terselenggaranya pelayanan kesehatan dan derajat kesejahteraan sosial yang makin bermutu dan usaha yang mampu mewujudkan manusia yang tangguh, sehat, cerdas dan produktif. Untuk itulah dalam rangka pelaksanaan pembangunan kesehatan di daerah, telah ditetapkan visi, misi, strategi dan program Dinas Kesehatan Kabupaten Pohuwato.


A.    VISI, MISI, STRATEGI, PROGRAM DINAS KESEHATAN KABUPATEN POHUWATO
1.      VISI
 "MASYARAKAT MANDIRI UNTUK HIDUP SEHAT"

2.   MISI
  • Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat madani.
  • Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna merata, bermutu dan berkeadilan.
  • Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan
  • Menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik.

3.   STRATEGI
  • Penerapan Desa  Sehat dalam rangka pendekatan pembangunan berwawasan kesehatan
  • Peningkatan mutu pendidikan tenaga kesehatan menuju profesionalisme.
  • Mengoptimalkan kelompok dana sehat dan subsidi bagi kelurga miskin  (GAKIN) yang mengarah pada pengembangan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat.
  • Optimalisasi peran puskesmas sebagai wujud penerapan desentralisasi kesehatan.
  • Mengembangkan sistem informasi kesehatan daerah (SIKDA)  

4.   PROGRAM – PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN
      Dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal maka Dinas Kesehatan Kabupaten Pohuwato menjabarkan program-program pembangunan kesehatan sebagai berikut:
a.      Program Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan dari Program Lingkungan Sehat :
Terwujudnya lingkungan sehat yang mendukung tumbuh kembangnya anak remaja,memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat, memungkinkan interaksi sosial, serta menlindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan, sehingga tercapai derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang optimal.

Sasaran : 
  •  Terlindunginya masyarakat dari kondisi lingkungan yang tidak sehat.
  •  Menurunnya faktor resiko lingkungan penyebab penyakit dan gangguan kesehatan
Tujuan dari Program Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Kesehatan :
Memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan agar dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat mandiri dan produktif.
Sasaran :
1.   Individu dan keluarga
2. Tatanan RT, institusi, sarana kesehatan, dan tempat kerja
3.  Organisasi kemasyarakatan/LSM dan media massa
4. Program/Petugas Kesehatan
5.  Lembaga pemerintah/swasta

b.      Program Upaya Kesehatan
Tujuan :
Menyelenggarakan upaya kesehatan secara menyeluruh, terpadu, berkelanjutan, berjenjang, profesional, bermutu serta terjangkau dalam pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
Sasaran :
1. Peningkatan kesehatan masyarakat terhadap keluarga miskin
2. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan
3. Peningkatan peran aktif masyarakat dan swasta
4. Peningkatan pelayanan penunjang medis dan non medis
c.       Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Tujuan :
Meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi serta penganekaragaman konsumsi pangan bermutu untuk memantapkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga.
Sasaran :
1. Menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita
2. Menurunnya prevalensi gangguan akibat yodium pada anak
3. Menurunnya anemia gizi besi dan kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil
4. Konsumsi gizi seimbang dengan rata-rata konsumsi energi sebesar 2.200 kkal per kapita perhari dan protein 50 gram per hari
d.      Program Sumber Daya Kesehatan
Tujuan :
Meningkatkan sumber manusia kesehatan yang profesional dan merata dalam mewujudkan program MDG’s.
Sasaran :
1. Merumuskan kebijakan dan pemberdayaan SDM kesehatan
2. Mendorong kemandirian profesi kesehatan
3. Memelihara danmeningkatkan mutu SDM kesehatan
4. Meningkatkan manajemen SDM kesehatan
e.      Program Obat, Makanan dan Bahan Berbahaya
Tujuan :
  • Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan obat, NAPZA dan bahan berbahaya lainnya
  • Menjamin ketersediaan, keterjangkauan dan pemerataan obat bermutu yang dibutuhkan masyarakat
  •  Menjamin mutu pengelolaan obat di unit pelayanan kesehatan
  • Melindungi masyarakat dari pengggunaan sedian farmasi, makanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan, mutu dan keamanan
Sasaran :
  •  Terhindarnya masyarakat dari penyalahgunaan obat dan NAPZA
  •  Terkendalinya penyaluran obat dan NAPZA
  • Tercegahnya resiko atau akibat/efek samping penggunaan bahan kimia berbahaya pada penggunaan kosmetik
f.       Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
Tujuan :
Menyelenggarakan upaya kesehatan sesuai dengan tujuan, kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan dengan manajemen sumber daya yang efektif dan efisien didukung oleh iptek kesehatan, sehingga dapat tercapai pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas.
Sasaran :
  • Terciptanya kebijakan kesehatan yang menjamin tercapainya sistem kesehatan yang efisien, efektif, berkualitas dan berkesinambungan serta mendukung reformasi bidang kesehatan
  • Tersedianya SDM dibidang kesehatan yang mampu melakukan berbagai kajian kebijakan kesehatan
  • Berjalannya sistem perencanaan kesehatan melalui pendekatan wilayah, sektoral dan berbasis masyarakat
  • Terciptanya organisasi dan tatalaksana diberbagai unit pelayanan kesehatan daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang good governance
  • Tertatanya administrasi keuangan dan perlengkapan yang efisien dan fleksibel di semua jajaran unit kesehatan daerah
  • Tersusunnya berbagai perangkat hukum daerah dibidang kesehatan

B.     VISI, MISI, NILAI, MOTTO, STRATEGI, UPAYA KESEHATAN PUSKESMAS MOTOLOHU
1.      VISI
         Terwujudnya Kesehatan Masyarakat    Yang Mandiri                                           

2.   MISI
  • Menggerakkan Pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
  • Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat diwiliayah kerjanya.
  • Memelihara dan meningkatkan mutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
  • Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat berserta lingkungan yang bersih dan sehat.
3.   NILAI – NILAI
  •  Berpihak kepada rakyat
  • Bertindak Cepat dan Tepat
  • Kerjasama Tim
  • Integritas Tinggi
  • Transparansi dan Akuntabilitas
2.  MOTTO

  " TULUS MELAYANI "

3.  STRATEGI UTAMA
  •  Meningkatkan Akses Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Yang Berkualitas.
  • Menggerakkan dan Memberdayakan Masyarakat Untuk Hidup Sehat
  • Meningkatkan Sistem Surveilans, Monitoring dan Informasi Kesehatan
  • Pembiayaan Kesehatan Yang Efektif dan Efisien
4. UPAYA KESEHATAN
a.    Upaya Kesehatan Wajib
  1.  Promosi Kesehatan
  2.  Kesehatan Lingkungan
  3.  Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga Berencana
  4.  Perbaikan Gizi Masyarakat
  5.  Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
  6.  Pengobatan
b.   Upaya Kesehatan Pengembangan
  1. Perawatan Kesehatan Masyarakat
  2.  Upaya Kesehatan Sekolah
  3.  Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
  4.  Upaya Kesehatan Kerja
  5.  Upaya Kesehatan Jiwa
  6.  Upaya Kesehatan Usia Lanjut
  7.  Upaya Kesehatan Mata dan Telinga
  8.  Upaya Kesehatan Olahraga
  9.  Pembinaan Pengobatan  Tradisional
  10.  Upaya Laboratorium
  11.  Upaya Konsultasi Medik, Gizi, dan Sanitasi
c.    Upaya Kesehatan Inovatif
  1.  Pelayanan Prima
  2.  Pelayanan Posyandu Lansia
  3.  Penggalakkan TASIA (Tabungan Sayang Ibu dan Anak)
  4.  Penggalakkan TABULIN (Tabungan Ibu Melahirkan)
  5.  Pengembangan Desa  Siaga Aktif
  6.  Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan