Menurut beberapa penelitian, kejadian stunted pada anak merupakan suatu
proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan sepanjang
siklus kehidupan. Pada masa ini merupakan proses terjadinya stunted pada anak
dan peluang peningkatan stunted terjadi dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab
tidaklangsung yang memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan perkembangan
janin. Ibu hamil dengan gizi kurang akan menyebabkan janin mengalami
intrauterine growth retardation (IUGR), sehingga bayi akan lahir dengan kurang
gizi, dan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu Hamil Kek Di Desa Siduwonge |
Anak-anak yang mengalami hambatan dalam pertumbuhan disebabkan kurangnya
asupan makanan yang memadai dan penyakit infeksi yang berulang, dan
meningkatnya kebutuhan metabolic serta mengurangi nafsu makan, sehingga
meningkatnya kekurangan gizi pada anak. Keadaan ini semakin mempersulit untuk
mengatasi gangguan pertumbuhan yang akhirnya berpeluang terjadinya stunted
PENCEGAHAN
Stunting
atau tubuh pendek dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain:
-
Pemberian ASI secara baik dan tepat disertai
dengan pengawasan berat badan secara teratur dan terus menerus
-
Menghindari pemberian makanan buatan
kepada anak untuk mengganti ASI sepanjang ibu masih mampu menghasilkan ASI,
terutama pada usia dibawah empat bulan
-
Meningkatkan pendapatan keluarga yang
dapat dilakukan dengan upaya mengikutsertakan para anggota keluarga yang sudah
cukup umur untuk bekerja dengan diimbangi dengan penggunaan uang yang terarah
dan efisien. Cara lain yang dapat ditempuh ialah pemberdayaan melalui
peningkatan keterampilan dan kewirausahaan
-
Meningkatkan intensitas komunikasi
informasi edukasi (KIE) kepada masyarakaat, terutama para ibu mengenai
pentingnya konsumsi zat besi yang diatur sesuai kebutuhan. Hal ini dapat
dikoordinasikan dengan kegiatan posyandu.
Kegiatan Kelas Ibu Hamil di Desa Motolohu merupakan upaya pencegahan STunting pada anak |
PENANGGULANGAN
Periode
yang paling kritis dalam penanggulangan stunting dimulai sejak janin
dalam kandungan sampai anak berusia 2 tahun yang disebut dengan periode emas
(seribu hari pertama kehidupan). Oleh karena itu perbaikan gizi diprioritaskan
pada usia seribu hari pertama kehidupan yaitu 270 hari selama kehamilannya dan
730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkannya.
Secara
langsung masalah gizi disebabkan oleh rendahnya asupan gizi dan masalah
kesehatan. Selain itu asupan gizi dan masalah kesehatan merupakan dua hal
yang saling mempengaruhi. Adapun pengaruh tidak langsung adalah ketersediaan
makanan, pola asuh dan ketersediaan air minum (bersih), sanitasi dan pelayanan
kesehatan. Seluruh faktor penyebab ini dipengaruhi oleh beberapa akar masalah
yaitu kelembagaan, politik dan ideologi, kebijakan ekonomi, dan sumberdaya,
lingkungan, teknologi, serta kependudukan.
Berdasarkan
faktor penyebab masalah gizi tersebut, maka perbaikan gizi dilakukan dengan dua
pendekatan yaitu secara langsung (kegiatan spesifik) dan secara tidak langsung
(kegiatan sensitif). Kegiatan spesifik umumnya dilakukan oleh sektor kesehatan
seperti PMT ibu hamil KEK, pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan
kehamilan, imunisasi TT, pemberian vitamin A pada ibu nifas. Untuk bayi dan
balita dimulai dengan inisiasi menyusu dini (IMD), ASI eksklusif, pemberian
vitamin A, pemantauan pertumbuhan, imunisasi dasar, pemberian MP-ASI. Sedangkan
kegiatan yang sensitif melibatkan sektor terkait seperti penanggulangan
kemiskinan, penyediaan pangan, penyediaan lapangan kerja, perbaikan
infrastruktur (perbaikan jalan, pasar), dll
Kegiatan
perbaikan gizi dimaksudkan untuk mencapai pertumbuhan yang optimal. Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Multicentre Growth Reference Study (MGRS)
Tahun 2005 yang kemudian menjadi dasar standar pertumbuhan internasional,
pertumbuhan anak sangat ditentukan oleh kondisi sosial ekonomi, riwayat
kesehatan, pemberian ASI dan MP-ASI. Untuk mencapai pertumbuhan optimal maka
seorang anak perlu mendapat asupan gizi yang baik dan diikuti oleh dukungan
kesehatan lingkungan. (Husna. N. Djaina, SST;2015)