Rabu, 15 November 2017

BUDIDAYA TOGA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MOTOLOHU

Tanaman obat keluarga (TOGA), adalah tanaman hasil budidaya rumahan yang berkhasiat sebagai obat. Tanaman obat keluarga pada hakekatnya adalah sebidang tanah, baik di halaman rumah, kebun ataupun ladang yang digunakan untuk membudidayakan tanaman yang berkhasiat sebagai obat dalam rangka memenuhi keperluan keluarga akan obat-obatan. Kebun tanaman obat atau bahan obat dan selanjutnya dapat disalurkan kepada masyarakat, khususnya obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Budidaya tanaman obat untuk keluarga dapat memacu usaha kecil dan menengah di bidang obat-obatan herbal sekalipun dilakukan secara individual. Setiap keluarga dapat membudidayakan tanaman obat secara menadiri dam memanfaatkannya, sehingga akan terwujud prinsip kemandirian dalam pengobatan keluarga

Sebagian besar penduduk di Indonesia masih banyak yang tinggal di pedesaan atau di daerah pegunungan yang pada umumnya masih belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan yang memadai, baik dari pemerintah maupun swasta. Mereka masih banyak yang berekonomi lemah atau kurang mampu. Di daerah seperti itu umumnya masih sedikit atau sulit ditembus dengan peredaran obat yang harganya semakin mahal. Padahal problem kesehatan disana sangat berfariasi dan ada kalanya sulit pula cara penanggulangannya.




































Posisi semacam inilah obat tradisional ditampilkan sebagai salah satu pengobatan alternatif yang sangat penting artinya, khususnya untuk penanganan/pelayanan kesehatan primer (PKP), baik sebagai obat preventif  maupun sebagai pengobatan (kuratif).
Pengobatan tradisional dengan menggunakan tanaman obat tidaklah asing bagi masyarakat Indonesia, karena sebelum rakyat Indonesia merdeka pun, masyarakat pelosok desa sudah menggunakan tanaman obat tersebut hingga sekarang, pengobatan tradisonal masih diakui keberadaannya di kalangan masyarakat luas. Ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang terus membina dan mengembangkannya, penanganan/pelayanan kesehatan primer (PKP), baik sebagai obat preventif maupun sebagai pengobatan tradisonal.
Tanaman obat merupakan salah satu unsur penting dalam upaya pelaksanaan pengendalian kesehatan. Tanaman obat sudah dikenal sejak dahulu dalam pengobatan tradisional, namun pengunaannya sebagai bahan baku belum dimanfaatkan secara optimal, sedangkan upaya yang telah dilakukan masih tertuju kepada khasiat dan kegunaannya saja.
Karena dengan perkembangan teknologi pula, semakin banyak tanaman obat tradisional yang telah bisa dibuktikan khasiatnya secara laboratorium dan dijamin aman untuk dikonsumsi dan bisa menyembuhkan penyakit tanpa menimbulkan efek samping.
Banyak bagian tumbuhan yang bisa digunakan sebagai obat, diantaranya adalah bagian buah, batang, daun, dan akar atau umbi. Oleh karena pentingnya tanaman-tanaman obat tersebut maka perlu kita mempelajarinya dengan baik sehingga dapat berdaya guna bagi kita.

Selasa, 14 November 2017

KEGIATAN KELAS IBU BALITA PUSKESMAS MOTOLOHU



Anak balita merupakan salah satu populasi paling beresiko terkena bermacam gangguan kesehatan (kesakitan dan kematian). Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Balita di Indonesia sebesar 40/10.000 Kelahiran Hidup. Bila dihitung secara matematis, berarti dalam setiap jamnya terjadi 22 kematian balita di Indonesia, suatu jumlah yang tergolong fantastis untuk ukuran di era globalisasi. Oleh karena itu Depkes telah meluncurkan berbagai program kesehatan untuk menanggulangi hal ini.
Ada banyak program kesehatan yang telah diimplementasikan Departemen Kesehatan mulai dari pusat, provinsi hingga kabupaten, misalnya buku KIA, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), pengendalian penyakit menular maupun tidak menular, dsb. Salah satu program kesehatan yang diharapkan dapat turut berperan aktif dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak balita adalah buku Kesehatan Ibu dan Anak (buku KIA), yaitu suatu buku yang berisi catatan kesehatan Ibu mulai kehamilan hingga anak berusia 5 tahun yang berisi informasi cara menjaga kesehatan. Namun tidak semua ibu mau/dapat membaca buku KIA karena berbagai sebab atau alasan, misalnya malas membaca, tidak punya waktu membaca, sulit mengerti atau memang mengalami buta aksara.


Berdasarkan pertimbangan ini, maka  sangat perlu mengajari ibu-ibu tentang isi  buku KIA dan cara menggunakan buku KIA, salah satu solusinya yaitu melalui penyelenggaraan Kelas Ibu Balita. Kelas ibu Balita ditujukan bagi ibu yang mempunyai anak balita (0-59 bulan).

Apakah Kelas Ibu Balita?
Kelas Ibu Balita merupakan kelas dimana para ibu yang mempunyai anak berusia 0-5 tahun secara bersama-sama berdiskusi, tukar pendapat, tukar pengalaman akan pemenuhan pelayanan kesehatan, gizi, dan stimulasi pertumbuhan dan perkembangannya dibimbing oleh fasilitator dengan menggunakan buku KIA
Tujuan Kelas Ibu Balita
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan, merubah sikap dan perilaku ibu hamil tentang kesehatan balita, gizi dan stimulasi pertumbuhan & perkembangan anak.



Manfaat Kelas Ibu Balita
Bagi ibu balita dan keluarganya, kelas ibu balita merupakan sarana untuk mendapatkan teman, bertanya, dan memperoleh informasi penting yang harus dipraktekkan.
Bagi petugas kesehatan, penyelenggaraan kelas ibu balita merupakan media untuk lebih mengetahui tentang kesehatan ibu balita, anak dan keluarganya serta dapat menjalin hubungan yang lebih erat dengan ibu balita serta keluarganya dan masyarakat.

Senin, 13 November 2017

PUNCAK ACARA HKN KE 53 DINAS KESEHATAN KABUPATEN POHUWATO

Tema HKN ke-53 tahun ini sejalan dengan Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang menekankan pada pentingnya peran keluarga dalam pembangunan kesehatan. Lingkungan keluarga memberikan dasar bagi seseorang untuk memiliki kebiasaan, perilaku dan gaya hidup yang sehat. karena itu, upaya untuk membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat adalah dimulai dari lingkungan keluarga.

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang menjadi inti pembangunan kesehatan sesuai dengan UU Kesehatan Nomor 36 tahun 2009. Guna mendukung program tersebut, Kemenkes telah mengeluarkan Permenkes Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS-PK) pada dasarnya merupakan integrasi pelaksanaan program-program kesehatan baik upaya kesehatan perorangan (UKP) maupun upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan yang berfokus pada data dan informasi dari profil kesehatan keluarga.

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas)

Sebuah kenyataan bahwa kesehatan merupakan hal yang utama dan mendasar, dan keberhasilan program kesehatan tidak terlepas dari peran masyarakat dan dukungan lintas sektor terkait, maka terbitlah Inpres Nomor 1 tahun 2017 tentang GERMAS pada 27 Februari 2017. Selain untuk menurunkan penyakit, Germas yang diprakarsai oleh Presiden RI ini bertujuan pula untuk menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk sekaligus menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan.

Melalui GERMAS, diharapkan agar kerjasama antar sektor dan lintas program menjadi katalisator bagi masyarakat untuk mampu berperilaku hidup sehat, yang pada akhirnya dapat membentuk sumber daya manusia Indonesia yang unggul sehingga menjadi pondasi bangsa Indonesia yang kuat.

Dalam kehidupan sehari-hari, menerapkan pola hidup yang sehat merupakan salah satu wujud dari revolusi mental. Melalui Germas, pemerintah khususnya Kemenkes mengajak masyarakat untuk mengubah kebiasaan-kebiasaan yang tidak sehat. Menjadi mau melakukan langkah kecil perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat.

Germas mengangkat beberapa aktifitas, antara lain: Melakukan aktifitas fisik, mengonsumsi sayur dan buah, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, memeriksa kesehatan secara rutin, membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Pada tahap awal implementasinya, Germas secara nasional baru berfokus pada tiga kegiatan sederhana, yakni melakukan aktivitas fisik 30 menit per hari, mengonsumsi buah dan sayur, dan memeriksakan kesehatan secara rutin minimal 6 bulan sekali sebagai upaya deteksi dini penyakit. Tiga kegiatan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dan keluarga, serta dapat dilakukan mulai saat ini juga dan tidak membutuhkan biaya yang besar.

 Pada puncak peringatan HKN ke-53, yang diselenggarakan di Aula Bumi Panua dua Pohuwato, Bupati Pohuwato Bapak Syarif Mbuinga yang didampingi Bapak Wakil Bupati menegaskan bahwa peningkatan kinerja puskesmas dianggap berhasil jika dapat mengentaskan BABS serta aksesnya ditandai dengan kepemilikan jamban mencapai 75%.
Sambutan Bupati Pohuwato "bapak Syarif Mbuinga"

Didampingi Ibu Bupati "Ibu Jeanette Kilapong" dalam acara pemotongan tumpeng

 Masih dengan sambutan bupati pohuwato, beliau menegaskan Akselerasi pencapaian derajat kesehatan yang optimal dilakukan dengan kerja sama berbagai elemen penting seperti pemerintah, kepala daerah, dunia usaha, dan organisasi kemasyarakatan.

Dr Valencia Asri Unu mendapatkan predikat teladan dokter puskesmas


Foto bersama Bupati Pohuwato dan Wakil Bupati dengan Para Nakes Teladan Tahun 2017

Selamat buat para nakes teladan


Berbagai lomba yang diselenggarakan oleh panitia,  Puskesmas Motolohu meraih 2 piala di kegiatan olahraga yaitu : Olahraga Takraw Juara I dan Olahraga Badminton Juara II. Untuk kategori Puskesmas Terbersih meraih peringkat ke 3, serta teladan puskesmas kategori dokter.

Jumat, 10 November 2017

SEMARAK KEGIATAN HKN KE 53

Semarak pembukaan rangkaian kegiatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-53 tahun 2017 dilingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo,  digelar di Taman Bumi Panua Pohuwato  Rabu, 8 November  2017. Kegiatan yang dimulai pulul 15.30 Wita diawali dengan Defiley dan Pencanangan Hari kesehatan nasional ke 53 oleh bapak Bupati Syarif Mbuinga, dihadiri oleh Bapak Ketua BNK Pohuwato Bapak Bernadin Situngkir, Ketua TP-PKK Kabupaten Pohuwato, Ketua Dharma Wanita Dikes Pohuwato bersama Kadiskes Dr. Supandi Abdulah, M.Kes. Bapak Bupati  dalam sambutannya mengatakan, kita semua merasa bangga karena Jajaran Kesehatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat. .Dikatakan pula, tema HKN ke-53 sehat keluargaku, Sehat indonesiaku, ujung tombaknya adalah Gerakan Masyarakat hidup sehat (Germas) dan digermas pilar utamanya adalah promotif dan preventif. Dan hari ini kita semua sudah buktikan dengan melaksanakan senam bersama. gerakan yang murah dan tidak perlu modal karena bisa dilakukan siapa pun katanya.
foto bersama sebelum defiley

kontingen puskesmas motolohu

lomba menyajikan buah dalam mensukseskan GERMAS

foto bersama kepala dinas kesehatan


Kegiatan dilanjutkan dengan beberapa pertandingan antaranya: Futsal antar puskesmas, Volly Ball, Takraw, Bulu tangkis, tenis meja dan catur. Untuk kesenian, lomba vokalia antar kepala puskesmas, dance cuci tangan dan atraksi lainnya` 

TIM TAKRAW ANDALAN PUSKESMAS MOTOLOHU

BLOK SMASH DARI LAWAN

SEMANGAT BERTANDING BUKAN UNTUK KEMENANGAN TAPI MEMUPUK KEBERSAMAAN SESAMA KELUARGA INSAN KESEHATAN

TIM VOLLI BALL


TIM BULU TANGKIS GANDA PUTRA


Selesai sudah rangkaian acara dalam rangka HKN ke 53 diakhiri dengan kegiatan kesenian...

Kepala Puskesmas Ibu TRIWIJAYATI DJUARI, SKM  dalam lomba Vokalia antar kepala Puskesmas 

Senam Cuci Tangan

Vokalia Putri Staf Puskesmas Motolohu "AMNA SULEMAN"

"SELAMAT HARI KESEHATAN KE 53 .... SEHAT KELUARGAKU, SEHAT INDONESIA" 
Semoga semua insan kesehatan tetap dalam lindunganNYA dalam menjalankan tugas mulia melayani masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan. (by Husna Djaina, SST