Selasa, 03 Mei 2016

STBM ,,, MARI kita mulai dari lingkungan sendiri...

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) merupakan pendekatan untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. STBM menjadi acuan nasional untuk program sanitasi berbasis masyarakat sejak lahirnya Kepmenkes No 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis masyarakat.

STBM memiliki 6 (enam) strategi nasional, yaitu:

1. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment)
2. Peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation)
3. Peningkatan penyediaan sanitasi (supply improvement)
4. Pengelolaan pengetahuan (knowledge management)
5. Pembiayaan
6. Pemantauan dan evaluasi

Keunggulan program :
  1. Satu-satunya program yang mengusung non subsidi untuk pembangunan sarana jamban tingkat rumah tangga.
  2. Sampai saat ini masih menjadi program sanitasi yang terbukti paling cepat meningkatkan akses sanitasi dan perubahan perilaku higiene di Indonesia.
  3. STBM adalah satu-satunya program sanitasi yang menyasar langsung ke tingkat rumah tangga.
  4. STBM berfokus pada perubahan perilaku, bukan pembangunan sarana.
Sanitarian Indrawaty, SKM memberikan sosialisasi tentang STBM

Peserta Sosialsasi STBM menerima materi dari ibu Husna N. Djaina, SST

Puskesmas Motolohu sejak tahun 2015 mulai mensosialisasikan program STBM kemasyarakat dengan kegiatan Sosialisasi yang Insya Allah akan sampai pada pemicuan STBM dipertengahan Tahun 2016.

Selasa, 01 Maret 2016

Kegiatan Khitanan Massal oleh Pemda Pohuwato Di Kecamatan Randangan Serangkaian Acara Adat Mopotilolo

Program Khitanan massal adalah program layanan kesehatan yang dilaksanakan secara cuma-cuma bagi masyarakat fakir miskin yang membutuhkan. Kegiatan yang dilakukan berupa proses pelaksanaan khitan, pembagian bingkisan pada anak-anak, dan proses kontrol pasca khitan. Dengan terlaksananya kegiatan tersebut masyarakat duafa dapat terbantu untuk mendapatkan fasilitas yang layak terutama dalam hal khitan.








KEGIATAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran jumlah sel serta jaringan interseluler, ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan dan dapat diukur dengan satuan panjang dan berat. Perkembangan merupakan bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan Bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Stimulasi/Rangsangan adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi/rangsangan rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan. Deteksi Dini penyimpangan tumbuh kembang artinya mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita.



Balita sehat memiliki tanda-tanda sebagai berikut : berat badan naik sesuai garis pertumbuhan mengikuti pita hijau di Kartu Menuju Sehat (KMS) atau naik ke pita warna di atasnya, anak bertambah tinggi, kemampuannya bertambah sesuai umur, jarang sakit serta ceria, aktif dan lincah. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dapat dilakukan dengan cara :
1. Menimbang berat badannya tiap bulan di Posyandu, fasilitas pelayanan kesehatan lain, atau Pos Pelayanan Anak Usia Dini (PAUD).
2. Merangsang perkembangan abak sesuai umurnya dengan melakukan stimulasi.
3. Mengajak anak bermain dan bercakap-cakap.
4. Membawa anak ke petugas kesehatan untuk mendapatkan pelayanan Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak (SDIDTK).
a. Umur 0-1 tahun : 4 kali dalam setahun
b. Umur 1-6 tahun : 2 kali tiap tahun (setiap 6 bulan)
5. Meminta kader mencatat pertumbuhan dan perkembangan di KMS.
Imunisasi adalah memberikan kekebalan pada bayi dan balita dengan suntikan atau tetesan untuk mencegah agar anak tidak sakit atau walaupun sakit tidak menjadi parah. BAlita harus diimunisasi agar kebal terhadap penyakit. Bila tidak diimunisasi tubuh mudah terserang penyakit yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi melindungi dari penyakit, mencegah kecacatan dan kematian.
Pemberian Vitamin A adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. BBLR bisa terjadi pada bayi kurang bulan atau cukup bulan. Penyebab dari BBLR ini adalah ibu hamil yang kurang gizi, kurang darah (anemia), muntah berlebihan, berumur kurang dari 20 tahun dan atau lebih dari 35 tahun, jarak kelahiran kurang dari 2 tahun, merokok dan minum alcohol, memiliki tekanan darah tinggi, menderita penyakit kronis, mengalami perdarahan selama kehamilan, mengalami infeksi, hamil kembar dan pernah melahirkan bayi kurang bulan sebelumnya.

Deteksi dini gangguan tumbuh kembang penting karena pada tiga tahun pertama dari kehidupan anak merupakan periode tumbuh kembang yang amat cepat (periode emas/ critical period / window of opportunity).
Jika terjadi gangguan pada tumbuh kembang pada masa ini, maka gangguan tersebut akan menetap, sehingga amat penting mengenal gejala gangguan perkembangan selama periode ini (deteksi dini) dan menanganinya secara terpadu dan profesional sehingga diharapkan dapat dicapai hasil yang maksimal. Perlu diketahui bahwa gangguan perkembangan yang diintervensi secara dini (lebih cepat) akan memberikan hasil yang lebih baik, deteksi dini menjadi penentu keberhasilan intervensi.
Di Indonesia, jumlah balita 10 % dari jumlah penduduk, di mana prevalensi (rata-rata) gangguan perkembangan bervariasi 12.8% s/d 16% sehingga dianjurkan melakukan observasi/skrining tumbuh kembang pada setiap anak.
Gangguan perkembangan yang banyak dikeluhkan orangtua: 
- keterlambatan bicara, gangguan irama dan artikulasi bahasa
- kesulitan mengunyah dan menelan
- kesulitan pemusatan perhatian dan belajar
- hiperaktif
- gangguan pendengaran atau penglihatan
- gangguan koordinasi dan keseimbangan gerak
- gangguan emosi
-cerebral palsi, autis, down syndrome, dan gangguan perkembangan lainnya.

Senin, 29 Februari 2016

MARI KITA SUKSESKAN PEKAN IMUNISASI NASIONAL (PIN ) POLIO TAHUN 2016 MENUJU ERADIKASI POLIO DUNIA





Tak terasa Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang merupakan Imunisasi Polio  itu akan segera bergulir, tepatnya pada 8 Maret mendatang merupakan hari pertama PIN itu berlangsung. "Rencananya di Kecamatan Randangan akan dibuka langsung oleh Bapak Camat Randangan Hi. Zulkifli Umar, SPd. MH,  bersama Ibu Camat Ny. Brata Umar Bakari yang akan melaksanakan penetesan pertama pada bayi untuk Wilayah Puskesmas Motolohu, Terang Kepala Puskesmas Motolohu Ibu Triwijayati Djuari, SKM.

 
Mengingat pentingnya program itu untuk anak bangsa agar terbebas penyakit polio, lanjutnya, maka dari itu para orangtua agar senantiasa membawa anak balitanya ke Posyandu terdekat. “Ini program yang wajib diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat, tentunya yang memiliki bayi 0 sampai 59 bulan atau lima tahun harus dimunisasi bebas Polio. Kalaupun tidak mengikutinya, petugas Posyandu akan mendatangi ke rumah warga yang tidak hadir” tegasnya.



"Mari kita sukseskan program Indonesia bebas Polio ini, dengan turut serta membawa anak balitanya, semoga pada acaranya berjalan lancar" pungkasnya. Jalipata waaa....... (by. Husna N. Djaina, SST)

Senin, 15 Februari 2016

Ayoo Sukseskan Pekan Imunisasi Nasional (PIN)

Pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio tahun 2016 di Indonesia bertujuan untuk mendukung tercapainya eradikasi polio di dunia pada akhir 2020, demikian kata Direktur Surveillance dan Karantina Kesehatan Kemenkes, Dr Jane Soepardi di Jakarta, Kamis (04/02).
“Dunia sudah berhasil melakukan eradikasi penyakit cacar tahun 1980, dan kini dunia berupaya agar penyakit polio juga hilang di tahun 2020. Sidang World Health Assembly tahun 2012 juga menyatakan eradikasi polio merupakan kedaruratan kesehatan masyarakat global,” kata ia kepada wartawan.

         Menurut Jane, masih banyak ditemukan kantong-kantong yang tersebar pada hampir seluruh provinsi yang belum terjangkau imunisasi polio sehingga pada PIN 2016 harus bisa menjangkau lebih dari 95 persen bayi di Indonesia.
“Memang sudah tidak ada lagi kasus polio di Indonesia sejak tahun 2006 dan Indonesia juga sudah dinyatakan bebas polio 27 Maret 2014, namun virus ini bisa menyebar lagi ke Indonesia karena ada dua negara yang belum bebas polio yaitu Afganistan dan Pakistan,” kata ia menambahkan.
Ia menjelaskan, bahwa PIN 2016 akan dilaksanakan 8 – 15 Maret 2016 dengan pemberian vaksin aktif melalui mulut dua tetes setiap anak usia 0 sampai 59 bulan tanpa melihat status imunisasinya.
Setelah kegiatan itu maka pada April 2016 akan dilakukan penggantian jenis vaksin trivalent oral polio vaccine (tOPV) ke bivalent oral polio vaccine (bOPV) artinya mengganti jenis vaksin polio dari tiga tipe virus ke dua tipe virus.

         Kemudian pada Juli 2016, dilakukan introduksi jenis vaksin Inactivated Polio Vaccine (IPV) atau vaksin dengan virus inaktif yang diberikan melalui suntikan kepada bayi usia empat bulan.
Ia meminta, seluruh pemerintah daerah terus melakukan sosialisasi dan kesiapan sarana agar petugas PIN mampu menjangkau daerah-daerah yang terpencil.
“Imunisasi wajib diberikan pada anak dan merupakan hak anak. Tidak boleh ada orangtua yang melarang sang anak mendapat vaksin. Bahkan, orang lain pun tidak boleh menghalang-halangi anak diimunisasi,” kata ia menutup pembicaraan. (Kemenkes, 2016)

        Puskesmas Motolohu dalam rangka kegiatan Pekan Imunisasi Nasional mengadakan sosialisasi ke masyarakat yang terbagi dalam dua sesi yaitu sosialisasi dengan menghadirkan kader Posyandu, dan Sosialisasi lintas sektor se Kecamatan Randangan.

















Minggu, 17 Januari 2016

3 M plus cara jitu mencegah penyakit Demam Berdarah

Gerakan 3M Plus adalah paradigma baru dalam upaya memberantas wabah DBD atau Demam Berdarah Dengue. Tidak jauh berbeda dengan gerakan 3M yang lama, hanya dengan sedikit modifikasi.



Dulu gerakan 3M berputar pada ajakan untuk (1) menguras, (2) menutup, dan (3) mengubur potensi sarang nyamuk Aedes Sp., yang merupakan penyebar virus dengue penyebab demam berdarah. Cara ini sebenarnya tepat, hanya saja sekarang mengalami modifikasi sesuai dengan perubahan zaman (#eaaa...).



Cara pertama dan kedua, yaitu menguras penampungan air dan membersihkannya secara berkala; kemudian menutup bak-bak penampungan air sehingga nyamuk tidak masuk ke sana untuk bertelur masih relevan dan digunakan. Karena di musimnya, jika seminggu saja sebuah bak mandi tidak dibersihkan, bisa sudah penuh dengan nyamuk jentik nyamuk; bagi yang tinggal di daerah endemis sudah tentu mengerti maksud saya. Sehingga pembersihan berkala adalah kewajiban.



Cara ketiga yang mengalami sedikit modifikasi. Ketika menanam bahan-bahan yang tidak mudah terurai seperti sampah plastik, walau di satu sisi mengurangi kemungkinan sarang nyamuk muncul karena genangan air hujan, namun di sisi lain memunculkan kekhawatiran bahwa ini akan membuat pencemaran lingkungan menjadi lebih buruk. Anda pasti bisa menduga ketika kaleng, plastik, keramik dan banyak lainnya masuk ke dalam tanah namun tidak bisa membusuk, alhasil menjadi masalah sendiri bagi lingkungan di situ.



Alternatifnya adalah dengan (3) mendaur ulang sampah-sampah yang bisa menjadi tempat sarang nyamuk, tidak dengan menguburnya. Untuk sampah-sampah organik, masih masuk akal dan malah baik jika dikubur; tapi sampah-sampah anorganik yang menjadi perhatian besar di sini. Jika ada ember bekas tidak digunakan, mungkin malah bagus dijadikan pot bunga atau diserahkan pada pemulung untuk didaur-ulang.



Lalu ada nilai (4) Plus yang bisa kita lakukan, ini sebenarnya tergantung kreativitas kita, dan sudah ada sejak dulu. Bisa dijadikan plus di sini adalah pemberdayaan setiap individu dalam menggunakan daya upayanya mencegah "gigitan" nyamuk penyebar virus dengue. Misalnya dengan menggunakan repelan, obat nyamuk, atau kelambu saat tidur. Menata ruangan di dalam rumah sedemikian hingga cukup terang dan tidak sumpek, menjadikan nyamuk tidak memiliki tempat bersembunyi.



Jika Anda punya taman, bisa dibuatkan kolam ikan yang memancing nyamuk bersarang di sana, namun menjadi mangsa si ikan. Atau menanam tatanam pengusir nyamuk di taman yang tidak dibuat terlalu lebat. Jika Anda cukup kreatif, maka perangkap nyamuk bisa Anda buat dan digunakan di sekitar rumah.

Puskesmas Motolohu melakukan beberapa kegiatan sehubungan dengan tindakan pencegahan kasus demam berdarah dengan melakukan sosialisasi melalui puskesmas keliling, penyuluhan dari rumah kerumah, penyuluhan kelompok dan diakhiri dengan pengobatan gratis.
Gambar 1. Penyuluhan ke masyarakat dengan menggunakan Pusling

Gambar 2. Melakukan infestigasi kasus dengan memberikan penyuluhan door to door
Gambar 3. Memberikan praktek langsung menguras bak mandi dirumah penduduk
Gambar 4. Menjelaskan secara langsung media tempat berkembang biaknya nyamuk aedes aegypty
Gambar 5. Penyuluhan kelompok  tentang 3 M Plus
Gambar 6. Diakhiri dengan kegiatan pengobatan massal gratis
Gambar 7. Kegiatan pengobatan Massal Gratis


Jadilah cerdas, dan cegah demam berdarah dengue di lingkungan Anda! (By. Husna N. Djaina, SST)