Minggu, 23 September 2018

Pengenalan APAR dan Cara Penggunaannya



Pengenalan APAR dan Cara Penggunaannya.

Setelah mengikuti materi training ini diharapkan  Seluruh STAF Puskesmas Motolohu dapat memahami dan mampu melaksanakan tugas-tugas: Mengetahui kondisi dan tindakan untuk pencegahan kebakaran di area kerja masing-masing; Mengetahui kondisi sarana proteksi kebakaran di area kerjanya; Mampu memadamkan kebakaran tingkat awal; Mampu mengamankan lokasi kebakaran. APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah alat pemadam api portable yang mudah dibawa, cepat dan tepat di dalam penggunaan untuk awal kebakaran, selain itu pula karena bentuknya yang portable dan ringan sehingga mudah mendekati daerah kebakaran. Dikarenakan fungsinya untuk penanganan dini, peletakan APAR-pun harus ditempatkan di tempat-tempat tertentu sehingga memudahkan didalam penggunaannya. 

Berikut tempat yang direkomendasikan untuk diletakkannya APAR :

APAR Diletakkan dekat pintu keluar


  1. Diletakkan pada jalur jalan keluar.
  2. Dekat dengan pintu dan diberi label yang mudah dibaca serta terlihat dengan dengan jelas.
  3. Cukup dekat dengan daerah yang berbahaya.
  4. Bila diletakkan pada gantungan (hanger), tinggi handle (pegangan) dari lantai = 120 cm
  5. Pada gedung bertingkat usahakan posisi diletakkannya APAR adalah pada posisi yang sama, diletakkan pada sudut-sudut gang (koridor) atau dekat pintu tangga.
Proses terjadinya api/kebakaran diakibatkan oleh bersatunya tiga unsur :
  1. Bahan bakar
    Benda yang mudah terbakar, seperti bahan-bahan kimia, bahan bakar, kayu, plastik dan sebagainya.
  1. Oksigen (O2)
    Tersedia di udara
  1. Sumber Panas
    Seperti energi elektron (listrik statis ataupun dinamis), sinar matahari, reaksi kimia, dan perubahan kimia.
Apabila ketiganya bersenyawa maka akan terjadi api. Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan adanya oksigen dalam kebakaran tersebut.


BAHAN KANDUNGAN APAR
Selain dibedakan berdasarkan besar atau ukurannya, APAR dapat pula dibedakan berdasarkan bahan pemadam (racun api) di dalamnya. APAR mengandung tiga jenis bahan, yaitu :
  1. Halon
    Adalah APAR yang diisi dengan gas carbon monoksida (CO) yang dapat mematikan api dengan mengeluarkan cairan yang dingin. Pengguna APAR dilarang memegang Nozle saat melakukan pemadaman untuk menghindari tangan menjadi kaku karena mengalami kebekuan yang berakibat fatal saat melakukan pemadaman.
  2. Powder
    Adalah APAR yang menggunakan bahan dari tepung atau bubuk. Pengguna APAR jenis ini sebaiknya menggunakan masker sebab partikel tepung atau bubuk dapat terhirup masuk ke saluran pernapasan, yang bila dalam jumlah besar dapat menyebabkan pingsan.
  3. Foam
    Adalah APAR berbahan dari jenis busa atau foam yang dibuat dari campuran air dan sabun dengan komposisi standar.

KELAS/JENIS KEBAKARAN

Di Indonesia kebakaran dibagi menjadi:
  1. Kelas A
    Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat, misalnya kertas, kayu, plastik, karet, busa, dan lain-lainnya. Media yang baik untuk pemadaman kebakaran untuk kelas ini adalah: air, pasir, karung goni yang dibasahi, dan APAR tepung kimia kering.
  2. Kelas B
    Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol, dan lain-lainnya. Media yang baik untuk pemadaman kebakaran untuk kelas ini adalah: pasir, APAR tepung kimia kering. Dilarang memakai air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat daripada berat jenis bahan di atas, sehingga bila kita menggunakan air maka kebakaran akan melebar kemana-mana.
  3. Kelas C
    Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media yang baik untuk pemadaman kebakaran untuk kelas ini adalah: APAR tepung kimia kering. Matikan dulu sumber listrik agar kita aman dalam memadamkan kebakaran.
  4. Kelas D
    Kebakaran pada logam seperti magnesium dan sodium. Ini tergolong kebakaran berat dan dalam mematikan api kita perlu menggunakan alat khusus.
    CARA PENGGUNAAN APAR
    Pelatihan Penggunaan APAR Oleh SATGAS Kebakaran Di Puskesmas Motolohu

    1. Pastikan APAR berisi dan dapat digunakan (lihat indikator).
    2. Tarik Pin atau Pengunci APAR.
    3. Sebelum masuk ke lokasi kebakaran, tes terlebih dahulu dengan menekan sedikit pompanya.
    4. Berdirilah sesuai arah mata angin untuk menghindari panasnya api.
    5. Pegang selang APAR, jangan nozlenya, tekan tuas, sapukan ke api kiri dan kanan secara berulang hingga api mati.

Foto Bersama dengan Para Pelatih Penggunaan APAR
Semoga Bermanfaat dan sebagai revieu kembali atas kegiatan pelatihan penggunaan APAR di Puskesmas Motolohu. By. Husna N. Djaina, SST

Senin, 17 September 2018

MASIH ADA YANG BERTANYA TENTANG RUBELLA

Tulisan ini saya copas dari status FBnya Dokter Piprim

Ada lagi yang bertanya kenapa sih program imunisasi MR harus berhasil dan cakupan imunisasi MR harus tinggi > 90% agar virus Rubella hilang di Indonesia?

Gini penjelasannya..

Kita kan ingin mencegah lahirnya bayi-bayi cacat berat karena Sindrom Rubella Kongenital. Bayi itu lahir cacat karena si ibu ketularan virus Rubella saat dia hamil muda. Pada penelitian didapatkan data bahwa virus Rubella ini hidup subur dan berkembang biak di kelompok anak usia 9 bulan sampai 15 tahun.

Karena virus Rubella ini hanya hidup dan berkembang biak pada manusia.. maka cara pemberantasannya amat memungkinkan yaitu dengan cara semua anak kelompok itu (usia 9 bulan - 15 tahun) dibikin kebal terhadap Rubella. Jika ngga bisa semua ya setidaknya 90% mesti kebal. Lihat gambar ini ya.. jika semua orang kebal maka virus Rubella akan musnah karena ngga ada tempat untuk berbiak. Sayangnya masih ada sekelompok anak yang ngga boleh vaksinasi MR yaitu anak-anak penderita kanker, AIDS, dan kondisi kekebalan tubuh yg menurun. Lalu bagaimana melindungi anak-anak ini? Caranya dengan menjadikan lingkungan sekitar kebal terhadap Rubella. Ini bisa terjadi kalo cakupan imunisasi tinggi.

Jadi mesti kompak nih. Kalo pada galau dan cakupan imunisasi rendah maka program imunisasi MR ini akan gagal. Sudah biayanya mahal karena beli vaksin untuk seluruh anak usia itu di Indonesia, tapi virus Rubella masih akan bergentayangan di sekitar kita dan akan menulari ibu hamil muda lalu masih akan lahir bayi-bayi cacat selanjutnya, na'udzubillah min dzalik.

Biaya pengobatan bayi cacat berat karena Sindrom Rubella Kongenital amat mahal bisa berkisar 700-800 juta per anak. Kalo di Indonesia diperkirakan ada 10.000 bayi seperti ini tiap tahun maka biaya pengobatan sekitar 7 triliun rupiah. Sementara anak ini tetap akan terlambat perkembangannya karena otaknya yg mengecil. Biaya ini jauh lebih mahal dibandingkan biaya pengobatan kanker sebesar 1.6 triliun rupiah per tahun.

Jadi... Ayo dukung Imunisasi MR ini ya... Cobalah berpikir luas dan mencintai negeri ini dengan tulus. Semoga partisipasi kita dalam mencegah lahirnya bayi-bayi cacat itu dicatat sebagai ibadah kita di sisi Allah SWT.

Abaikan hasutan kaum antivaks yang amat egois dan ngga ada rasa kasih sayang dalam hatinya melihat lahirnya bayi-bayi cacat berat karena Sindrom Rubella Kongenital...

Salam takzim...

Piprim Basarah Yanuarso




Keterangan gambar:

*yang biru: anak sehat tapi belum diimunisasi
*yang merah: anak sakit dan bisa menyebarkan virus
*yang kuning anak sehat dan kebal setelah

imunisasi